Sumpah Palapa Embrio Terbentuknya NKRI

oleh -155 Dilihat
Kepala BPS OKU, Ir. Budiriyanto, MAP

BATURAJA OKU-Kepala Badan Pusat Statistik Kabupaten OKU,  Ir Budiriyanto, MAP membacakan sambutan Menkominfo RI Rudiantara pada upacara peringatan Hari Kebangkitan Nasional ke-111 di halaman kantor BPS Kabupaten OKU yang diikuti seluruh jajaran BPS Kabupaten OKU. Mengatakan, Sumpah Palapa merupakan embrio paling kuat bagi janin persatuan Indonesia. Senin (20/05).

Budiriyanto melanjutkan, wilayah nusantara yang disatukan oleh Gajah Mada telah menjadi acuan bagi perjuangan berat para pahlawan nasional kita untuk mengikat wilayah Indonesia seperti yang secara dejure terwujud dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia saat ini. Peringatan Hari Kebangkitan Nasional ke-111 kali ini bertemakan “Bangkit Untuk Bersatu”.

Dalam naskah Sumpah Palapa yang ditemukan pada Kitab Pararaton tertulis: Sira Gajah Madapatih Amangkubhumi tan ayun amuktia palapa, sira Gajah Mada: “Lamun huwus kalah nusantara Isun amukti Palapa, Lamun Kalah Ring Gurun, Ring Seran, Tanjung Pura, Ring Haru, Ring Pahang, Dompo, Ring Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, samana isun amukti Palapa “.

Memang ada banyak versi tafsiran atas teks tersebut, terutama tentang apa yang dimaksud dengan “Amukti Palapa”. Namun meski sampai saat ini masih belum diperoleh pengetahuan yang pasti, umumnya para ahli sepakat bahwa amukti palapa berarti sesuatu yang berkaitan dengan laku prihatin sang Mahapatih Gajah Mada. Artinya, ia tak akan menghentikan mati raga atau puasanya sebelum mempersatukan Nusantara.

Peringatan Hari Kebangkitan Nasional yang ke-111, 20 Mei 2019, kali ini sangat relevan jika dimaknai dengan teks Sumpah Palapa tersebut. Kita berada dalam situasi pasca pesta demokrasi yang menguras energi dan emosi sebagian besar masyarakat kita. Kita mengaspirasikan pilihan yang berbeda-beda dalam pemilu, namun semua pilihan pasti kita niatkan untuk kebaikan bangsa. Oleh sebab itu tak ada maslahatnya jika dipertajam dan justru mengoyak persatuan sosial kita.

Baca Juga :   DPRD Setujui 6 Raperda, Pemerintah Akan Mengevaluasi/Klarifikasi Ke Pemprov Sumsel

Sampai sekarang ini tahap-tahap pemilihan Presiden dan Wakil Presiden serta Anggota Legislatif berlangsung dengan lancar. Kelancaran ini juga berkat pengorbanan banyak saudara-saudara kita yang menjadi anggota kelompok penyelenggara pemungutan suara (KPPS), bahkan berupa pengorbanan nyawa.

Sungguh mulia perjuangan mereka untuk menjaga kelancaran dan kejujuran proses pemilu ini. Sambil mengirim doa bagi ketenangan jiwa para pahlawan demokrasi tersebut, alangkah eloknya jika kita wujudkan ucapan terima kasih atas pengorbanan mereka dengan bersama-sama menunggu secara tertib ketetapan penghitungan suara resmi yang akan diumumkan oleh lembaga yang ditunjuk oleh undang-undang, dalam waktu yang tidak lama lagi.

Dijelaskan,  telah lebih satu abad kita menorehkan catatan penghormatan dan penghargaan atas kemajemukan bangsa yang ditandai dengan berdirinya organisasi Boedi Oetomo. Dalam kondisi kemajemukan bahasa, suku, agama, kebudayaan, ditingkah bentang geografis yang merupakan salah satu yang paling ekstrem di dunia, kita membuktikan bahwa mampu menjaga persatuan sampai detik ini.

Oleh sebab itu, tak diragukan lagi bahwa kita pasti akan mampu segera kembali bersatu dari kerenggangan perbedaan pendapat, dari keterbelahan sosial, dengan memikirkan kepentingan yang lebih luas bagi anak cucu bangsa ini, yaitu Persatuan Indonesia. Apalagi peringatan Hari Kebangkitan Nasional kali ini juga dilangsungkan dalam suasana bulan Ramadan.

Bagi umat muslim, bulan suci ini menuntun kita untuk mengejar pahala dengan meninggalkan perbuatan-perbuatan yang dibenci Allah SWT seperti permusuhan dan kebencian, apalagi penyebaran kebohongan dan fitnah. Hingga pada akhirnya, pada ujung bulan Ramadan nanti, kita bisa seperti Mahapatih Gadjah Mada, mengakhiri puasa dengan hati dan lingkungan yang bersih berkat hubungan yang kembali fitri dengan saudara-saudara di sekitar kita.

Dengan semua harapan tersebut, kiranya sangat relevan apabila peringatan Hari Kebangkitan Nasional, disematkan tema “Bangkit Untuk Bersatu”. Kita bangkit untuk kembali menjalin persatuan dan kesatuan dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Bangsa ini adalah bangsa yang besar. Yang telah mampu terus menghidupi semangat persatuannya selama berabad-abad. Kuncinya ada dalam Dwilingga salin suara berikut ini “Gotong-royong”.

Baca Juga :   WALIKOTA PALEMBANG Apresiasi Cepat Tanggap DPBPK Antisipasi Virus Corona

Bukan hanya di tanah Jawa, semangat persatuan dan gotong-royong telah mengakar dan menyebar di seluruh Nusantara. Ini dibuktikan dengan berbagai ungkapan tentang kearifan mengutamakan persatuan yang terdapat di seluruh suku, adat, dan budaya yang ada di Indonesia. Sebagaimana diserukan Presiden Joko Widodo pada pidato di Depan Sidang Tahunan MPR RI Tahun 2018 lalu, dari tanah Minang kita diimbau dengan petuah “Barek samo dipikua, ringan samo dijinjiang”. Semua menganjurkan bekerja secara gotong-royong.

Meski kita gali dari kearifan nenek-moyang kita yang telah dipupuk selama berabad-abad, namun sejatinya jiwa gotong-royong bukanlah semangat yang sudah renta. Sampai kapan pun semangat lni akan senantiasa relevan, bahkan semakin mendesak sebagai sebuah tuntutan zaman yang sarat dengan berbagai perubahan. Dengan bertumpu pada kekuatan jumlah SDM dan populasi pasar, Indonesia diproyeksikan akan segera menjadi negara ekonomi lima besar dunia dalam 10 sampai 30 tahun mendatang. Pungkasnya (yudi)