LAHAT-Prof. Dr. Emil Salim lahir di Kabupaten Lahat, Sumatera Selatan, (8/6/1930). Adalah seorang Ahli Ekonomi, Cendikiawan, Pengajar dan politisi Indonesia. Pasca tampil di salah satu stasiun telivisi swasta dalam acara Mata Najwa beberapa hari lalu.
Lantaran terlibat perdebatan dengan salah satu politisi PDI Perjuangan, Arteria Dahlan. Sosok Prof. Dr. H. Emil Salim rupanya ikut membuat penasaran warga Kota Lahat yang dikenal dengan Bukit Serelonya, maklum beliau dilahirkan dan dibesarkan di Kota Pelajar Lahat.
Nama Prof. Dr. H. Emil Salim tidak asing bagi warga Kota Lahat, namanya terlihat jelas di papan nama sebuah jalan protokol di Kelurahan RD PJKA, Kota Lahat, persisnya di area Balayasa Lahat.
Tidak heran warga “Jeme Lahat terkejut”, mengetahui ada lelaki di era pemerintahan Orde Baru (Soeharto-red), sampai beberapa kali menjabat sebagai menteri yang cukup disegani pada masanya diremehkan oleh anak muda.
Emil Salim, pernah mengenyam pendidikan di Sekolah Rakyat (SD-red) yang kini menjadi Santo Yosef Lahat. Karena orang tuanya pindah tugas, ia dengan sendirinya pindah juga mengikuti orang tuanya.
Hasil pantauan media, nama Jalan Prof. Dr. H. Emil Salim terpampang jelas di Kota Lahat. Bagi warga Lahat ini merupakan tanda penghargaan kepada beliau dan sudah barang tentu ini merupkan kebanggaan, ada warga kelahiran Lahat yang menjadi menteri di zaman Orde Baru.
Saat kecil Prof. Emil Salim pernah tinggal di Perumahan Kereta Api Balayasa Lahat, bersama orang tuanya. Persisnya rumah dideratan satu atau nomor dua, perumahan Balayasa jika dari dari arah simpang empat Pasar Lematang, Lahat.
Emel Salim, menamatkan SMA Negeri I Bogor, kemudian melanjutkan kuliah di Universitas Indonesia dan tercatat sebagai salah satu dedengkot aktifis mahasiswa yang pernah mengobrak abrik kedutaan besar Prancis di Jakarta saat solidaritas kemerdekaan bangsa Al Jazair.
Tidak heran dengan semangat revolusionernya karena beliau juga anggota mobilisasi Tentara Pelajar Siliwangi. Emil Salim merupakan salah seorang diantara sedikit tokoh nasional yang berperan dalam dunia Internasional.
Ia adalah tokoh lingkungan hidup internasional yang pernah menerima penghargaan The Leader for the Living Planet Award dari Word Wide Fund (WWF), suatu lembaga konservasi mandiri terbesar dan sangat berpengalaman di dunia.
Ia juga penerima anugerah Blue Planet Prize pada tahun 2006 dari The Asahi Glass Foundation. Sebelumnya, pada tahun 1994, setelah menyelesaikan jabatan sebagai Menteri Negara Lingkungan Hidup dan Kependudukan.
Saat simposium mahasiswa Akuntansi se Indonesia di UNPAD, Emil Salim diundang sebagai panelis. Saat memperkenalkan diri sebagai moderator dalam panelis dan menyebutkan alumni SMA I Bogor dengan bahasa sunda halus yang juga santun kepada mahasiswa. Namun pada saat tampil di TV Swasta, Emil Salim ada orang yang lebih muda begitu kurang ajar dan tidak punya adab kepada beliau, semoga (yudi).
