
BATURAJA OKU-Manajemen BPR Baturaja mulai dari Komisaris Utama Bhakti Perdana Dalimi, Anggota Komisaris Achmad Tarmizi, Direktur Utama Januar Hartanto dan Direktur Operasional Fitriyadi Suhendar nonton bareng Film Anak Garuda bersama puluhan anak Panti Asuhan perwakilan OKU, di Studio Citi Mall Baturaja OKU beberapa waktu yang lalu.
Kemudian juga dihadiri Sekda OKU, Kadin Sosial Syaiful Kamal, Kasat Pol PP Agus Salim, Kadin PPA Amran, Kabag Humas dan Protokol Feri Iswan, Camat Baturaja Barat Heryamin, Karyawan/karyawati BPR Baturaja serta undangan lainnya.
Sebagaimana yang diceritakan Direktur Utama BPR Baturaja Januar Hartanto diruang kerjanya, setelah menyaksikan Film “Anak Garuda” yang ditulis Alim Sudio dan disutradarai oleh Faozan Rizal tersebut.

Film itu, menceritakan kisah anak-anak dari latar belakang keluarga tidak mampu dan berbeda-beda Suku, Ras, serta Agama, yang mengenyam pendidikan di sekolah gratis Sekolah Selamat Pagi Indonesia (SPI), yang berjuang meraih mimpinya masing-masing. Dan film ini berdasarkan kisah nyata yang diambil dari masing-masing tokohnya.
Direktur Utama BPR Baturaja Januar Hartanto menyampaikan, menonton bersama-sama anak panti asuhan yang merupakan anak-anak hebat, generasi penerus bangsa, agar dapat menginspirasi dan memotivasi dalam menatap masa depan, meraih cita-cita.
Ia yakin anak-anak hebat penerus bangsa ini akan mampu seperti tokoh-tokoh di film ini. Bahkan mereka akan lebih hebat lagi daripada yang diperenkan oleh anak-anak di Film Anak Garuda, ungkapnya.

Anak Garuda menceritakan tentang kisah perjuangan tujuh murid SPI dalam bertransformasi dan meraih mimpinya masing-masing. Uniknya, film ini tak sekadar fiksi belaka, melainkan berdasarkan kisah nyata yang diambil dari masing-masing tokohnya.
Siswa-siswi di SPI sebagian besar latar belakangnya adalah yatim-piatu atau kaum duafa yang terbiasa dihina, ditertawakan, mengalami kepahitan dalam hidup, minder dan terpuruk.
Tetapi setelah dari SPI, mereka bertransformasi menjadi pribadi yang mempunyai nilai dan mereka berangkat ke Eropa untuk lebih jauh lagi memperjuangkan cita-cita mereka, tutur Direktur Utama BPR Baturaja yang supel dan murah senyum ini.

Mereka ini boleh dibilang berjuang dari titik nol atau bahkan minus untuk membalikkan keadaan dan menjadi orang-orang yang berhasil. Kisah perjuangan anak-anak ini yang menurut saya harus disampaikan ke seluruh anak-anak muda harapan bangsa.
Tak hanya kisah tentang perjuangan tujuh anak dengan latar keluarga tidak mampu untuk menjadi individu sukses, film ini juga mengangkat kisah di balik berdirinya Sekolah Selamat Pagi Indonesia.
Untuk menjadi satu tim. Namun menyatukan mereka pun bukan persoalan yang sederhana. Pertengkaran dan keributan silih berganti, mulai dari sekedar salah paham hingga rasa iri. Belum lagi rasa cemburu yang muncul karena cinta yang terpendam di antara mereka, menambah bumbu munculnya potensi perpecahan di tim SPI, pungkasnya (yudi).